Persiapan Indonesia Dalam
Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC)
Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
atau ASEAN Economic Community (AEC) 2015 hanyalah satu bagian dari pembangunan
komunitas di ASEAN. Ekonomi Centre for Strategic and International
Studies (CSIS) Djisman Simanjuntak mengatakan MEA 2015 sama pentingnya dengan
masyarakat politik dan keamanan serta masyarakat sosial dan budaya. "Jadi
jangan dipisah," ujar Djisman dalam gelaran Indonesia Banking Expo 2013,
Jumat (24/5). Menurut Djisman, MEA terdiri dari tiga blok besar.
Blok pertama adalah integrasi perdagangan yang ditargetkan rampung 2015
mendatang. Sampai saat ini, kata dia, prosesnya baru mencapai 70 persen.
"Harapannya ASEAN menjadi single production base,"
ucapnya
Blok kedua terkait dengan pelayanan yang perwujudannya masih jauh. "Jadi, masing-masing negara hanya membuka apa yang dia mau buka, seperti di WTO," kata Djisman. Blok ketiga adalah ASEAN sebagai wilayah investasi dan ini masih jauh di belakang negara barat. Djisman menjelaskan, keterbukaan adalah kunci keberhasilan pelaksanaan MEA 2015. Keterbukan itu inheren dengan sejarah manusia.
Menurut Djisman, daya yang paling kuat dalam aspek keterbukaan adalah teknologi. Kunci selanjutnya adalah naluri manusia untuk selalu bepergian berbekal kompetensinya. "Kita harus menyiapkan diri. Tapi sejauh mana kita siap?," tanyanya. Lebih lanjut, Djisman menjelaskan penting bagi Indonesia untuk memperkuat sumber daya manusia melalui pendidikan yang memadai. Ia mencontohkan, sebanyak 87 persen angkatan kerja di Korea Selatan adalah lulusan perguruan tinggi. "Kita (Indonesia, red) hanya 12 persen," ujarnya. Meski ada beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan, penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 tidak akan mundur. Kita tidak pernah bicara mundur. Ada optismisme," kata Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kemedag Iman Pambagyo disela mengikuti ASEAN Economic Ministers Meeting (AEMM) ke-45 di Bandar Seri Begawan, Senin.
Blok kedua terkait dengan pelayanan yang perwujudannya masih jauh. "Jadi, masing-masing negara hanya membuka apa yang dia mau buka, seperti di WTO," kata Djisman. Blok ketiga adalah ASEAN sebagai wilayah investasi dan ini masih jauh di belakang negara barat. Djisman menjelaskan, keterbukaan adalah kunci keberhasilan pelaksanaan MEA 2015. Keterbukan itu inheren dengan sejarah manusia.
Menurut Djisman, daya yang paling kuat dalam aspek keterbukaan adalah teknologi. Kunci selanjutnya adalah naluri manusia untuk selalu bepergian berbekal kompetensinya. "Kita harus menyiapkan diri. Tapi sejauh mana kita siap?," tanyanya. Lebih lanjut, Djisman menjelaskan penting bagi Indonesia untuk memperkuat sumber daya manusia melalui pendidikan yang memadai. Ia mencontohkan, sebanyak 87 persen angkatan kerja di Korea Selatan adalah lulusan perguruan tinggi. "Kita (Indonesia, red) hanya 12 persen," ujarnya. Meski ada beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan, penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 tidak akan mundur. Kita tidak pernah bicara mundur. Ada optismisme," kata Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kemedag Iman Pambagyo disela mengikuti ASEAN Economic Ministers Meeting (AEMM) ke-45 di Bandar Seri Begawan, Senin.
Saat
ini di dalam negeri, beberapa pihak juga meragukan kemampuan daya saing
nasional jika kesepakatan, yang memungkinan perdagangan barang dan jasa serta
investasi antarnegara ASEAN tanpa hambatan, diberlakukan.
Iman
mengakui ada permasalahan yang cukup berat dan signifikan yang perlu
diselesaikan oleh negara anggota ASEAN, antara lain menyangkut ketentuan yang
perlu diratifikasi oleh masing-masin anggota. Dengan ratifikasi maka komitmen
regional menjadi komitmen nasional juga. Hal itu, katanya, bukan hal yang mudah
dan cepat diselesaikan. Hal lainnya yang perlu diselesaikan adalah masalah
infrastruktur, baik perangkat lunak maupun keras. Oleh karena itu, katanya,
Dewan MEA sudah menyampaikan hal-hal penting yang harus dilakukan oleh negara
anggota ASEAN agar MEA dapat berjalan sesuai tenggat.
Dengan
upaya tersebut dan komitmen dari semua negara maka MEA akan dapat dilaksanakan
tepat waktu. MEA yang berlangsung hingga 21 Agustus, juga dihadiri Mendag Gita
Wirjawan.
"Proges
atas implementasi Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN akan menjadi salah satu
agenda penting yang dibahas pada pertemuan dalam rangka mewujudkan MEA
2015," kata Mendag Gita Wirjawan.[ACH/ANT]
0 komentar:
Posting Komentar